Populer

Khas

Minggu, 19 November 2017

China Town di Cianjur


Keberadaan warga keturunan etnis Cina di Cianjur merupakan salah satu ragam heterogenitas penduduk kota Cianjur. Dari perjalanan panjang sejarah kota Cianjur, warga Cianjur keturunan Cina memiliki jasa yang cukup besar dalam perekonomian Cianjur. Berbagai peninggalan bersejarah dari masa kolonial Belanda yang dibangun oleh warga keturunan Cina banyak tersebar di Cianjur, terutama di wilayah ibukota Cianjur.
Perempatan Jalan Shanghai sekitar tahun 1880-an (foto:Trompen Museum)

Hingga kini, masih dapat dikenal sebutan Jalan Shanghai, untuk salah satu lokasi perempatan di pusat kota Cianjur. Gedung Wisma Karya yang kini digunakan sebagai gedung olah raga tenis meja oleh KONI Cianjur juga merupakan salah satu bangunan peninggalan warga Cina yang memiliki berbagai fungsi. Tempat peribadatan berupa Vihara (klenteng), di Jl. Mangun Sarkoro pun menjadi saksi bisu eksistensi warga Cianjur keturunan Cina dari masa ke masa.

Kehadiran orang-orang Cina di Cianjur dimulai sekitar awal abad ke-19. Hal ini ditandai oleh didirikannya Kampung Cina di Cianjur berdasarkan besluit tanggal 9 Juni 1810. Pada saat itu Kabupaten Cianjur dipimpin oleh Raden Noh atau Raden Wiranagara, yang lebih dikenal dengan gelar Raden Adipati Wira Tanu Datar VI. Dengan didirikannya Kampung Cina pada waktu itu, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan tanah-tanah kosong yang ada serta menanaminya dengan tanaman seperti tembakau, indigo atau kapas.
Arsitektur bangunan peninggalan warga keturunan Cina 

Pendirian Kampung Cina di Cianjur, waktunya juga bersamaan dengan pendirian kampung Cina di kabupaten-kabupaten lain yang ada di wilayah Priangan, seperti Bandung, Parakanmucang, Sumedang, Sukapura, Limbangan, dan Galuh. Salah satu pertimbangan penting yang dijadikan dasar pendirian kampung Cina adalah keberhasilan orang-orang Cina dalam meningkatkan kesejahteraan dan perdagangan di daerah Kedu dan daerah vorstenlanden lainnya.

Lokasi Kampung Cina di Cianjur terutama terdapat di wilayah ibukota Cianjur. Hal ini ditandai dengan populasi warga Cianjur keturunan Cina yang berpusat di Cianjur kota. Ciri lainnya yang menjadi tanda lokasi Kampung Cina, adalah bangunan ruko (rumah toko) dengan arsitektur khas yang banyak ditemukan di wilayah Cianjur kota.

Peninggalan Bersejarah
Obyek-obyek bersejarah peninggalan warga Cina di Cianjur baik berupa arsitektur, makanan, maupun tradisi Cina masih dapat ditemukan dengan mudah. Lokasinya berada di beberapa tempat strategis dan jalan-jalan utama. Di pusat kota Cianjur, atau lebih dikenal dengan Jalan Raya, hingga kini dapat ditemukan bangunan-bangunan ruko dengan gaya khas Cina pada masa kolonial Belanda.
Arsitektur "pelana kuda" menjadi ciri khas bangunan Cina di Cianjur
Arsitektur khas yang banyak ditemukan yaitu puncak atap yang berbentuk pelana dengan ornamentasi khas Cina. Bangunan dengan arsitektur semacam ini terutama masih dapat di lihat di Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. Siti jenab, Jl. Suroso, Jl. Barisan Banteng, Jl. Taifur Yusuf, Jl. Sinar dan beberapa ruas jalan lainnya di Cianjur Kota. Arsitektur serupa ditemukan pula di sekitar pasar Warungkondang.

Salah satu ruko bertingkat dua di Jl. Mangun Sarkoro
Di sepanjang Jl. Mangun Sarkoro  (Jalan Raya Cianjur) banyak ruko (rumah toko) yang dimiliki oleh warga Cianjur keturunan Cina. Ruko-ruko di jalan ini ada yang arsitekturnya tetap dipertahankan, namun tidak sedikit pula yang telah mengalami perombakan total. Selain ruko, terdapat juga dua vihara yang menjadi pusat peribadatan warga Cina hingga sekarang. Salah satu vihara yang telah menjadi cagar budaya adalah Vihara Bhumi Pharsija, yang dibangun tahun 1880.

Di Jl. Moh. Ali yang bersimpangan dengan Jl. Mangun Sarkoro terdapat titik yang paling terkenal dan lekat dengan sejarah pendudukan warga Cina di Cianjur. Pada masa lalu, jalan ini disebut Jalan Shanghai, namun kini telah berganti nama. Sebutan Jalan Shanghai hingga kini masih tetap dikenal oleh warga Cianjur untuk lokasi ini.

Di lokasi ini juga terdapat beberapa bangunan peninggalan warga Cina pada masa lalu. Salah satunya yaitu Gedung Wisma Karya. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1950-an oleh warga keturunan Cina sebagai gedung berbagai kegiatan. Sekitar tahun 1966, gedung ini dipakai oleh KAMI/KAPI Cianjur sebagai pusat kegiatan. Sekarang fungsinya menjadi gedung olah raga tenis meja. Bangunan ini semula menjadi satu bagian dengan sekolah Cina yang berada di bagian belakangnya. Sekarang pada bagian belakang gedung ini terdapat beberapa bangunan sekolah dasar negeri.
Gedung Wisma Karya Cianjur (tampak belakang)
Di daerah Pasir Hayam, tepatnya di Desa Sirnagalih kecamatan Cilaku, terdapat kompleks besar pemakaman kuno warga Cina Cianjur. Setidaknya terdapat tiga bukit utama yang dijadikan sebagai area pemakaman. Makam-makam Cina yang terdapat di kompleks ini kebanyakan berukuran besar dengan arsitektur megah khas Cina. Pada beberapa nisan berterakan tulisan Cina, dapat dilihat usia makam tertua yang dibuat sekitar tahun 1920-an. Saat ini, areal kompleks pemakaman Cina kuno ini dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cianjur, dan masih digunakan hingga sekarang.
Salah satu sudut kompleks pemakaman kuno Cina 
Kuliner Khas Cina
Sebagai pendongkrak perekonomian dari masa kolonial Belanda, warga keturunan Cina di Cianjur memiliki berbagai kegiatan usaha. Beberapa di antaranya tetap bertahan dari masa kolonial. Dalam bidang kuliner, terdapat tiga jenis penganan yang cukup dominan dan khas di sekitar kota Cianjur.

Warga Cianjur sudah tentu kenal dengan makanan tauco. Makanan ini berawal dari resep warga Cina yang datang ke Cianjur pada masa kolonial. Hingga sekarang, jenis makanan ini tetap bertahan dan mampu berkembang, bahkan telah diakui sebagai makanan khas kabupaten Cianjur. Produk tauco Cianjur resep warga Cina yang eksis hingga sekarang di antaranya yaitu Tauco Cap Meong. Salah satu varian olahan tauco yang menjadi khas Cianjur lainnya adalah Geco (tauge-tauco), hingga kini masih dapat di temukan di beberapa sudut jalan di Cianjur.

Restoran Cina yang mempertahankan arsitektur klasik
Selanjutnya terdapat manisan buah-buahan, yang merupakan salah satu olahan makanan dengan tujuan untuk membuat buah mampu bertahan lama. Resepnya diperoleh sejak jaman dahulu. Manisan buah juga telah dinobatkan sebagai makanan khas Cianjur. Kemudian, warga Cianjur sangat mengenal olahan roti. Salah satu yang terkenal yaitu pabrik roti Tan Keng Cu. Mengenai olahan ini, cukup unik bila ditelusuri sejarahnya. Pada awalnya roti diproduksi untuk memenuhi permintaan penduduk Eropa di Cianjur. Hingga kini, produksi roti Tan Keng Cu tetap bertahan dan telah mengalami perkembangan.

Selain tiga olahan khas yang cukup dominan, di Cianjur juga banyak ditemukan kuliner khas Cina seperti capcay, kwetiaw, siomay, bakso, bakpau, bacang, dll. Untuk mendapatkannya, cukup mendatangi toko-toko kue dan restoran Cina yang ada di sekitar Cianjur kota.

  
Baca Selengkapnya ...

Tradisi Menanam Padi di Awal Musim Penghujan



Kali ini Traveler Cianjur berbagi pengalaman tentang pola bertani masyarakat sawah di Cianjur. Foto ini diambil di sekitar daerah Ciranjang pada tanggal 1 Mei tahun 2014. Keadaan cuaca cukup mendung, mungkin karena sudah memasuki musim hujan (?). Ya, siklus musim pada beberapa bulan terakhir kurang begitu bisa diprediksi. Pasalnya, seingatku dulu ketika dalam pelajaran di Sekolah Dasar ibu guru memberitahuku kalau musim hujan biasanya datang di bulan-bulan berakhiran –ber, -dianalogikan dengan ungkapan ber-beran dalam bahasa Sunda, yang berarti kurang lebih: menirukan suara hujan disertai angin-  yaitu Oktober, Nopember, September, Desember sampai bulan Februari. Dan musim kemarau dimulai pada bulan berakhiran –ret –yang dianalogikan dalam ungkapan ret-retan untuk menunjukkan air mulai mengecil/tidak mengalir lagi dan menghilang- yaitu Maret hingga Agustus.  Tetapi mungkin saat ini siklusnya tidak seperti itu lagi. Konon akibat pemanasan global.   


Di petakan-petakan sawah yang tersebar di daerah ini padi sudah dipanen dan lahan telah diistirahatkan dari kegiatan bersawah. Yang terlihat hanya kubangan air dan lumpur yang diselingi sisa-sisa padi yang masih tumbuh tak beraturan. Padi yang masih tumbuh dari sisa panen memang masih dapat bertahan hingga masa tanam berikutnya bila air memadai. Tetapi padi ini tidak akan menghasilkan biji yang dapat dimanfaatkan. Di saluran-saluran air petakan sawah ini hidup berbagai ikan kecil dan belut, terkadang juga hurang (udang), keuyeup (kepiting) dan tutut (sejenis kéong kecil).


Di salah satu pojokan sawah yang terbentang luas itu terdapat sepetak kecil tunas-tunas padi yang mulai tumbuh dari hasil penyemaian. Selintas tampak seperti hamparan karpet tebal berwarna hijau cerah. Benih padi ini disemaikan pada masa istirahat lahan sawah. Dengan demikian waktu luang untuk menunggu siklus tanam berikutnya dapat digunakan dengan efisien. Beberapa minggu dari sekarang, sawah akan mulai digarap kembali dan ditanami dengan tunas-tunas padi yang baru.
Baca Selengkapnya ...

Peninggalan Prasejarah di Situs Benteng Tanah, Kampung Kuta


Situs Benteng Tanah secara administrati terletak di Kampung Pasanggrahan, Desa Ciranjang Hilir, Kecamatan Ciranjang. Situs terletak di daerah oedesaan yang bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua. Kendaraan roda empat hanya bisa sampai di pinggir jalan besar yang mengguhubungkan kota Bandung dan Cianjur. Lokasinya berjarak sekitar 1 km dari jalan besar dan untuk mencapainya harus melewati pemukiman dan persawahan.

Benteng tanah merupakan tinggalan manusia masa lampau yang menunjukkan daerah tersebut hunian manusia masa lampau. Lokasi dibangunnya benteng diapit dua alira sungai, yaitu sungai Cisokan dan Sungai Ciranjang. Pada bagian utara situs terdapat pertemuan aliran sungai Cisokan dan Ciranjang.

Benteng tanah yang ada di situs ini mencapai ketinggian 7 meter. Bangunan benteng tanah ini terbentang antara tepian sungai Cisokan dan Ciranjang sepanjang sekitar 500 meter. Sekarang areal sekitar benteng dimanfaatkan sebagai area pertanian dan pemukiman. Pada bagia utara benteg telah terdapat pemukiman yang berakibat pada salah satu bagian benteng dibongkar untuk keluar masuk warga.
Makam Embah Sarangsang Bentang, tepat di bawah pohon beringin

Pada bagian ujung utara situs terdapat makam Embah Sarangsang Bentang. Makam ditandai adanya dua batu alam tegak dan hamparan bata. Makam ini terletak di bagan pertemuan sungai Cisokan dan Ciranjang. Lokasi yang sering dikunjungi para peziarah ini mempunyai potensi utuk dikembangkan tidak hanya sekedar obyek wisata ziarah. Lokasi yang tinggi bisa untuk melihat pemandangan sekelilingnya berupa aliran kedua sungai di bawahnya dan alam perbukitan sekitarnya.

Sumber: Disbudpar Provinsi Jawa Barat.
Baca Selengkapnya ...

Pendopo, Singgasana Bersejarah Para Bupati Cianjur


Pendopo Kabupaten Cianjur merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Cianjur, terletak di jalan Siti Jenab. Secara administratif masuk dalam wilayah Kampung Kebon Kembang, kelurahan Pamoyanan, Cianjur Kota.

Pendopo dikelilingi oleh empat ruas jalan dan di dalam area yang sama terdapa bebrapa banguna pemerintahan. Pendopo terletak di lingkungan perkotaan dan merupakan pusatnya kota Cianjur. Di bagian depannya terdapat alun-alu (kini menjadi taman kota), Masjid Agung Cianjur, dan salah satu situs yang cukup penting dalam riwayat pemilihan lokasi sebagai kota, yaitu mata air yang dikenal dengan pangguyangan badak putih. 
tampak samping


Pendopo merupakan salah satu bangunan terpenting dalam sejarah suatu kota pusat pemerintahan, seperti Kabupaten Cianjur. Sekarang pendopo sudah menjadi kompleks bangunan karena banyaknya bangunan lainnya. Kompleks tersebut mengandung beberapa tinggalan budaya masa lampau selain bangunan pendopo itu sendiri.
pendopo Cianjur pada masa kolonial Belanda

Bangunan pendopo dibangun pada sekitar tahun 1780 setelah bangunan yang lama hancur akibat gempa pada tahun 1779. Bangunan pendopo menghadap ke utara ke arah jalan raya. Secara umum bangunan ini berupa bangunan permanen dengan campuran gaya bangunan lokal dan Eropa. Pada bagian depan bangunan terdapat teras dan tiang-tiang bergaya Eropa, pintu dan jendela berukuran besar. Atap terbuat dari genting dan bersusun.

Pada bagian belakang terdapat kolam dan dua buyung serta batu tegak. Buyung merupakan bangunan berrongga dari batu setinggi sekita 70 cm dan berbentuk kuncup bunga. Selain itu, pada bagian depan kompleks pendopo dijumpai lonceng logam berukuran cukup besar berangka tahun 1774 yang digantungkan pada tiang dari beton.

Lonceng Batavia (foto: dok. Cianjur Heritage)


Sumber: Disbudpar Provinsi Jawa Barat
Baca Selengkapnya ...

Berziarah ke Makam Leluhur Cianjur di Cikundul

Makam Dalem Cikundul (foto:wikipedia)
Dalem Cikundul merupakan tokoh yang cukup penting dalam sejarah Kabupaten Cianjur. Beliau merupakan dalem pertama dan terakhir dari Padaleman Cianjur pad amasa peralihan kekuasaan Mataram kepada VOC atas Priangan. Padaleman Cianjur inilah yang pada kemudian berubah menjadi kabupaten Cianjur. Keturunan-keturunan beliau akhirnya menjadi beberapa penerus pemangku jabatan bupati pada zaman Belanda.

Makam Dalem Cikundul terletak di Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong Kulon. Untuk mencapai ke lokasi makam tergolong mudah. Jalan beraspal telah mencapai desa tersebut.

Makam yang cukup banyak didatangi peziarah ini terletak di bagian atas bukit Pasir Gajah. Bukit ini diapit oleh aliran sungai Cikalong pada sisi barat dan selatannya, sisi timur merupakan tanah tegalan, sedangkan bagian utara berupa hutan. Di samping makam tokoh utama tersebut di bagian bawah terdapat pula banyak makam. Kompleks makam ini hampir menyatu dengan pemukiman warga desa hanya dipisahkan oleh aliran sungai Cikalong.
Makam Wiratanu 1 (Dalem Cikundul) tahun 1920 (foto: dicianjur.com)
Kompleks makam telah mengalami beberapa pemugaran. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 1984 oleh Moeslim Thaher, seorang anggota DPA. Kompleks makam membujur dari selatan ke utara dan dilengkapi dengan pagar keliling. Topografi sekitar kompleks makam bergelombang dan kompleks makam miring, makin ke utara makin naik.

Pada bagian bawah terdapat pos pengelola makam, pintu gerbang, dan masjid. Dari pos ini peziarah menuju ke makam Dalem Cikundul melewati jalan berteras yang dibagi menjadi dua bagian/jalur yang dipisahkan dengan pembatas besi, yaitu bagian bagi perempuan dan laki-laki. Di sisi kanan jalan berteras ini dijumpai banyak makam. Sampai di bagian puncak, dijumpai bangunan cungkup permanen berdenah segi empat cukup besar menghadap ke selatan yang berisi makam Dalem Cikundul.
Tangga masuk ke makam (foto: Cianjurkab.go.id)
Bangunan cungkup terbagi menjadi dua, yaitu teras/serambi dan bangunan utama. Bangunan utama dilengkapi dengan dua pintu. Pintu yang terletak di bagian timur diperuntukkan bagi peziarah perempuan, sedangkan pintu di bagian barat diperuntukkan bagi peziarah laki-laki. Ruangan dalam juga terpisah bagi peziarah laki-laki dan perempuan dibatasi dengan dinding tembok penyekat setinggi sekitar 1 meter.

Di tengah ruang utama ini terdapat makam Dalem Cikundul. Makam tersebut dikelilingi pagar teralis dan dilengkapi dengan pintu di bagian baratnya. Makam ditutupi dengan kain putih, demikian juga halnya dengan kedua nisan penanda makam. Pengeramatan terhadap makam ini demikian tinggi sehingga petugas pengelola makam tidak berani membuka kain putih pembungkus nisan.

Sumber: Disbudpar Prov. Jawa Barat

Baca Selengkapnya ...

Pesona Gunung Padang Nan Megah


Secara administratif situs Gunung Padang terletak di Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka. Situs berada sekitar 50 km di sebelah barat daya Kota Cianjur. Situs Gunung Padang merupakan punden bangunan berundak peninggalan tradisi megalitik zaman prasejarah. Situs ini merupakan salah satu situs megalitik terbesar di Asia Tenggara.

Situs terletak di puncak bukit yang dikelilingi oleh lembah-lembah dan bukit-bukit. Di sebelah tenggara terdapat Gunung Melati, di sebelah barat daya terdapat Pasir Empat dan Gunung Karuhun, di sebelah barat laut terdapat Pasir Pogor dan Pasir Gombong, dan di sebelah timur laut terdapat Pasir Malang.

Bangunan punden berundak situs Gunung Padang terbagi menjadi 5 teras mengerucut dan dibangun dengan batuan vulkanik alami yang berbentuk persegi panjang. Teras pertama merupakan teras terbawah dan terluas berdenah segi empat. Pada jalan menuju teras pertama terdapat beberapa batu tegak di kiri dan kanan jalan. Di depan pintu ini terdapat susunan batu berdenah segi empat dan beberapa menhir serta adanya batu lumpang di sudut timur laut.

Di teras kedua terdapat batu-batu tegak berukuran besar. Di teras ketiga terdapat lima kelompok bangunan yang sebagian besar berupa kelompok batu tegak. Sebgian dari batu-batu tersebut telah roboh. Di teras keempat terdapat balok-balok batu pada bagian tengah dan tiga bangunan di bagian timur laut. Bagian barat daya teras ini berupa tanah kosong. Teras kelima merupakan bagian paling atas dari situs ini. Pada bagian ini terdapat susunan batu tegak yang membentuk ruang segi empat. Tinggalan lain berupa tumpukan monolit. 

Lihat liputannya di sini:

 


sumber: Disbudpar Jawa Barat

Informasi lainnya tentang situs Gunung Padang dapat diperoleh di:



Baca Selengkapnya ...

Ada Pesona Apa di Terowongan Lampegan?

foto:indonesianheritagerailway.com
Terowongan Lampegan adalah terowongan kereta api tertua di Indonesia. Terowongan Terowongan ini memiliki panjang 686 meter dan dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Bogor - Sukabumi - Bandung. Terowongan ini berada di Cibeber, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. 

Terowongan Lampegan dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) dan dibangun pada pada periode 1879 - 1882. Nama terowongan berasal dari bahasa percakapan orang Belanda ketika kereta api memasuki terowongan, yaitu 'Lamp a gan' yang berarti nyalakan lampu. Tidak jauh dari terowongan Lampegan, terdapat stasiun Lampegan.

Pada tahun 2001, terowongan Lampegan mengalami longsor akibat gempa bumi sehingga menutup jalur kereta api rute Sukabumi - Bandung. Pada tahun 2006, terowongan Lampegan sempat diperbaiki, namun belum sempat kereta api menembus terowongan yang baru diperbaiki, longsor kembali terjadi. 

Tahun 2009, Pemerintah Republik Indonesia mulai memperbaiki Terowongan Lampegan yang selama ini rusak sehingga menutup jalur kereta api rute Bandung - Sukabumi. Dengan pembukaan kembali jalur kereta api rute Bandung - Sukabumi ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan kendaraan di jalan raya. 

Jalur kereta api rute Bandung - Sukabumi memiliki potensi wisata yang besar karena pada jalur kereta api ini terdapat pemandangan kebun teh yang indah dan kawasan wisata situs megalitik Gunung Padang. Situs megalitik Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Menurut para ahli arkeologi, situs ini merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Jika jalur ini dapat dipulihkan kembali maka akan menggeliatkan ekonomi masyarakat setempat dan menghidupkan pariwisata di daerah sekitar.

sumber:
http://indonesianheritagerailway.com
Baca Selengkapnya ...

Senin, 13 November 2017

Vihara Bhumi Pharsija, Klenteng Tertua di Cianjur.

Vihara Bhumi Pharsija terletak di Jalan Mangun Sarkoro No. 60 yang secara admiistratif terletak di kampung Bojong Meron Kelurahan Bojong Meron, Kecamatan Cianjur Kota. Vihara terletak di tengah pemukiman pada bagian baratnya, serta pada bagian utara, timur, dan selatan merupakan lingkungan kegiatan bisnis berupa pertokoan. Letaknya yang di tengah kota Cianjur sangat mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua dan empat.

Vihara ini merupakan tempat ibadah agama Budha yang sebagian besar penganutnya adalah bagian dari kalangan etnis Cina. Vihara ini dibangun pada tahun 1880 dan sampai sekarang telah mengalami beberapa kali permugaran. Secara umum bangunan vihara yang dimiliki dan dikelola oleh Yayasan Vihara Bhumi Pharsija terawat dengan baik dan fungsinya sebagai tempat ibadah masih dilangsungkan di sini.

Tempat pembakaran dupa
Bangunan vihara dikelilingi oleh tembok dan menghadap ke timur dengan pintu gerbang berada di sisi timur. Vihara terbagi menjadi dua bagian, yaitu halaman dan bangunan vihara. Halaman terletak di bagian depan vihara berupa area segi empat. Bagian kedua adalah bangunan vihara berisi perlengkapan peribadatan.

Pengaruh arsitektur bangunan Cina yang ditunjukkan oleh konstruksi bangunan, ragam hias, dan warna mendominasi vihara ini. Atap berbentuk pelana kuda, hiasan naga dan fauna lainnya, serta haisan floralnya kental sekali sentuhan gaya Cina. Di samping itu, warna yang mendominasi adalah warna merah dan kuning yang menyala. 

sumber: Disbudpar Jawa Barat
Baca Selengkapnya ...

Kenangan Sejarah Stasiun Cianjur





Stasiun Cianjur (CJ) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Yulius Usman, Sayang, Cianjur, Cianjur yang berada di pusat Kabupaten Cianjur. Stasiun yang terletak pada ketinggian +438,756 m dpl ini berada di Daerah Operasi 2 Bandung. Stasiun Cianjur berada di km 95+775 dan menjadi stasiun dengan kepadatan penumpang terbanyak di Jalur Cianjur -Padalarang.


Peron Gaya Masa Kolonial Belanda

Stasiun Cianjur dibangun oleh Pemerintah Belanda. Karena itu, bangunan stasiun mengadopsi bangunan yang bernuansa kental khas Eropa. Selain itu, bangunan Stasiun Cianjur termasuk bangunan tua yang dilindungi. Dulu, stasiun ini memiliki 6 jalur, termasuk jalur menuju gudang di seberang stasiun. Namun, karena jalur Jakarta-Bandung sudah berpindah ke jalur Cikampek-Padalarang, maka jalur di stasiun ini dikurangi menjadi tiga karena lalu lintas yang lengang.


"Argo Peueyum" kelas bisnis sedang menunggu penumpang
Tak banyak orang yang mengetahui, stasiun kereta api Cianjur sempat menjadi bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Pada zaman penjajahan yang dilakukan Belanda dan Jepang terhadap Indonesia, stasiun kereta api Cianjur pernah menjadi stasiun induk bagi Priangan (Jawa Barat), saat Cianjur menjadi ibukota Priangan. Namun sayang, bangunan peninggalan dengan arsitektur art deco itu, seolah tidak terurus dengan baik. Selepas aktivitas yang mayoritas terjadi pagi dan siang hari, selebihnya, bangunan yang berdiri sekitar tahun 1879 itu, lebih banyak dihuni sejumlah gelandangan dan pengemis (gepeng). 


Kereta Api sedang dalam perbaikan di Cianjur tahun 1981

Gudang tua di lajur seberang
dari berbagai sumber

Baca Selengkapnya ...

Menengok Sejarah Terowongan Lampegan

foto:indonesianheritagerailway.com
Terowongan Lampegan adalah terowongan kereta api tertua di Indonesia. Terowongan Terowongan ini memiliki panjang 686 meter dan dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Bogor - Sukabumi - Bandung. Terowongan ini berada di Cibeber, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. 

Terowongan Lampegan dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) dan dibangun pada pada periode 1879 - 1882. Nama terowongan berasal dari bahasa percakapan orang Belanda ketika kereta api memasuki terowongan, yaitu 'Lamp a gan' yang berarti nyalakan lampu. Tidak jauh dari terowongan Lampegan, terdapat stasiun Lampegan.

Pada tahun 2001, terowongan Lampegan mengalami longsor akibat gempa bumi sehingga menutup jalur kereta api rute Sukabumi - Bandung. Pada tahun 2006, terowongan Lampegan sempat diperbaiki, namun belum sempat kereta api menembus terowongan yang baru diperbaiki, longsor kembali terjadi. 

Tahun 2009, Pemerintah Republik Indonesia mulai memperbaiki Terowongan Lampegan yang selama ini rusak sehingga menutup jalur kereta api rute Bandung - Sukabumi. Dengan pembukaan kembali jalur kereta api rute Bandung - Sukabumi ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan kendaraan di jalan raya. 

Jalur kereta api rute Bandung - Sukabumi memiliki potensi wisata yang besar karena pada jalur kereta api ini terdapat pemandangan kebun teh yang indah dan kawasan wisata situs megalitik Gunung Padang. Situs megalitik Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Menurut para ahli arkeologi, situs ini merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Jika jalur ini dapat dipulihkan kembali maka akan menggeliatkan ekonomi masyarakat setempat dan menghidupkan pariwisata di daerah sekitar.

sumber:
http://indonesianheritagerailway.com
Baca Selengkapnya ...

Situs Pangguyangan Badak Putih

Siapa sangka bahwa di tengah kota Cianjur terdapat salah situs yang cukup penting dalam riwayat pemilihan lokasi sebagai kota, yaitu mata air yang dikenal dengan “pangguyangan badak putih” (pemandian badak putih).

Situs ini terletak di jalan Siti Jenab, di bawah pohon beringin besar di pojok depan kantor pegadaian Cianjur. Berdasarkan cerita mata air ini digunakan sebagai sumber air utama pada masa-masa awal perkembangan kota Cianjur. Karena kadar air yang terjaga, bahkan saat musim kemarau menjadikan lokasi ini sebagai pusat kegiatan sosial masyarakat pada waktu itu, terutama bagi para penduduk koloni Belanda.



Keberadaan mata air ini cenderung lebih banyak dipergunakan dan dikuasai oleh orang-orang Belanda untuk kebutuhan mereka, oleh karena itu berkembang sindiran kepada orang Belanda terhadap perlakuan tersebut dengan menyebut istilah pangguyangan badak putih. Badak putih maksudnya adalah sebutan satir untuk penduduk koloni Belanda yang tinggal pada masa penjajahan di Cianjur. 

Situs ini cukup dikenal oleh penduduk sekitar kota Cianjur, namun keadaannya saat ini cukup memprihatinkan. Karena lokasinya di tengah-tengah aktifitas pasar induk dan jalan raya, situs ini tidak terurus dan cenderung menjadi tempat pembuangan sampah. Hal ini sepatutnya mendapatkan perhatian dari pihak yang terkait dengan pengelolaan situs bersejarah, terutama yang berhubungan dengan perkembangan kota Cianjur.
Mata air yang lebih menyerupai sumur ini kini ditutup dengan struktur tembok beton dan dilapisi keramik. Lubang sumur masih dapat terlihat dari kolong tutup beton. Di sampingnya terdapat pohon beringin besar yang berusia ratusan tahun dengan diselingi beberapa pohon lain seperti mangga dan pohon nangka yang menambah rimbunnya lokasi situs.

Dongeng asal-usul pangguyangan badak putih dalam bahasa Sunda telah ditulis dan diterbitkan secara luas. Agar lebih jelas mengenai buku dongeng Cianjur tentang pangguyangan badak putih maupun dongeng-dongeng cianjur lainnya, silahkan klik website Perceka Art Centre
 
Sebagai warga yang masih memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai sejarah, kita memiliki tanggungjawab untuk menjaga kelestarian situs-situs kota semacam ini.


Baca Selengkapnya ...

Rabu, 08 November 2017

Berkunjung ke Wana Wisata Pokland Haurwangi


Hai sobat traveler, jumpa lagi dengan admin yang akan membagikan informasi wisata menarik dan paling populer. Obyek wisata yang tengah happening ini disebut dengan Wana Wisata Pokland Haurwangi.

Pati sobat sudah penasaran tentang bagaimana daya tarik dan keistimewaan dari Wana Wisata Pokland Haurwangi. Langsung saja kami akan membagikan informasi wisata yang berasal dari Kota Cianjur ini.

Wana Wisata Pokland Haurwangi merupakan wisata yang sedang ngehits dan menjadi perbincangan para traveller.  Kawasan ini diresmikan pada Jum’at 27 Januari 2017 oleh Bupati Cianjur yakni DR. H. Irvan Rivano Muchtar, S.Ip, SH, M.Si Dengan luas sekitar 30 hektar, kawasan ini didominasi oleh pohon pinus yang menjulang.

Banyaknya pohon pinus dan pohon lainnya ditempat ini kemudian dimanfaatkan sebagai lokawisata. Pokland memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Terdapat beberapa view menarik diantaranya Sungai Citarum, hamparan tanaman sorgum, serta tempat pengumpulan kayu Pongpoklandak.

Wahana Menarik di Wana Wisata Pokland Haurwangi
Meski terbilang baru, Wana Wisata Pokland telah dilengkapi dengan berbagai wahana menarik. Wahana dan aktivitas seru yang dapat anda lakukan di Wana Wisata Pokland diantaranya :

Bumi Perkemahan

Wana Wisata Pokland menyediakan bumi perkemahan bagi anda yang menyukai kegiatan wisata alam. Pengunjung dapat berbaur dengan alam dan menikmati indahnya hutan pinus di kawasan ini. Salah satu aktivitas yang dapat anda lakukan adalah dengan berkemah atau mendirikan camping ground.


Sarana Motorcross


Pihak pengelola yakni Perum Perhutani beserta masyarakat setempat memanfaatkan lahan yang cukup luas ini dengan mendirikan sarana motorcross. Jadi jika sobat berkunjung ke tempat ini dapat menyaksikan kegiatan adu balap yang sangat menyenangkan.

Sepeda Trail (Down Hill)


Selain menikmati panorama alam yang asri, sobat juga dapat memacu adrenaline dengan menjajal bersepeda melintasi trek-trek yang menantang.


Sarana Bermain Anak


Tidak hanya ditujukan sebagai tempat wisata bagi para muda-mudi saja. Wana Wisata Pokland merangkul semua kalangan bahkan anak-anak. Telah tersedia banyak wahana bermain anak karenanya anda tak perlu khawatir bila mengajak sang buah hati untuk berlibur kemari.

Garden Party dan Glamping


Wahana menarik lainnya yang disukai oleh para pengunjung adalah Garden Party dan Glamping. Jika sobat berkunjung ke Garden Party dan Glamping jangan lupa untuk mencoba seluruh wahana yang ada yaa

Rumah Pohon


Di tempat ini sobat dapat merasakan sensasi rumah pohon yang juga ada disekitaran lokasi. Karena memiliki lahan yang cukup luas wajar saja jika banyak sekali fasilitas yang disediakan termasuk rumah pohon.

Hamocking


Menikmati hutan pinus tak akan lengkap rasanya jika belum merasakan bersantai di atas hamocking. Pengunjung tak perlu repot membawanya dari rumah karena dikawasan ini telah banyak disewakan fasilitas tersebut.

Outbond


Sarana outbond sepertu flying fox dan ketera gantung juga ada loh. Anda rasanya tak akan rugi jika berkunjung ke tempat ini dikarenakan fasilitas penunjangnya yang sangat lengkap.

Lokasi Wana Wisata Pokland Haurwangi

Wana Wisata Pokland Haurwangi beralamat di Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Penginapan di Wana Wisata Pokland Haurwangi

Oh ya guys, bagi anda yang berkunjung dari luar kota dan berencana menginap. Anda dapat mencari hotel dan penginapan disekitar lokasi.


Harga Tiket Masuk Wana Wisata Pokland Haurwangi

Wana Wisata Pokland Haurwangi menerapkan harga tiket yang sangat murah yakni hanya Rp.6.000,- saja. Anda juga tidak perlu membayar biaya parkir. Tidak ada waktu kunjungan tertentu ketika ingin datang ke tempat ini. Pengunjung dapat datang kapan saja mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB.


Baca Selengkapnya ...

Wana Wisata Pokland Haurwangi Telah Diresmikan


Bupati Cianjur, DR. H. Irvan Rivano Muchtar, S.Ip, SH, M.Si dan ADM KPH Cianjur, Dr. H. Henry Purnomo meresmikan Wana Wisata Pokland Haurwangi Cianjur Jawa Barat. Jum’at 27 Januari 2017. Hadir Ketua DPRD Cianjur H.Yadi Mulyadi dan anggota DPRD Lainnya, para Waka dan Asper tiap wilayah, para kepala OPD Cianjur terkait, unsur Muspika Haurwangi serta para tamu undangan dan masyarakat haurwangi

Wana Wisata Pokland Haurwangi, terletak di desa haurwangi Kec.Haurwangi Kab.Cianjur masuk dalam kawasan Perum Perhutani KPH Cianjur BKPH Ciranjang Selatan RPH Bojongpicung dengan luas kurang lebih 30 Ha.Wana Wisata Pokland sebuah pemandangan yang sangat menarik dan mempesona dengan berbagai latar belakang diaantaranya latar belakang TPK (Tempat Pengumpulan Kayu ) Pongpo klandak, latar belakang hutan pinus dan yang lebih menarik lagi dengan latar belakang tanaman Sorgum dengan hamparan lebih dari 20 Ha. Akan terlihat juga fiew, sungai Citarum, perbukitan serta pegunungan nan menghijau jauh memandang antara batas Cianjur dan Bandung barat.

Wana Wisata Pokland dulunya adalah Pusat Persemaian berbagai jenis kayu untuk kebutuhan bibit kayu KPH Cianjur karena perkembangan dan jauh nya jarak angkut persemaiannya di pisah jadi masing-masing wilayah dan persemaian poklan tidak dipergunakan kembali. dari sini anda akan dimanjakan dengan suasana hutan pinus jenis karibia yang mungkin untuk wilayah jawa barat dan sekitarnya baru ada disini. Wana Wisata Pokland sangat cocok apabila dijadikan resepsi pernikahan dengan tema garden party atau pestataman, tinggal pilih suasana yang diinginkan fasilitas yang ada, Toilet Taman bermain, parkir yang sangat Luas Dll.(tim mc diskominfo).

Baca Selengkapnya ...

Mengenal Kelezatan dan Asal-Usul Tauco Cianjur


Tauco merupakan kuliner khas Indonesia yang berasal dari negeri tirai bambu. Cita rasanya yang khas, bisa menambah kelezatan berbagai masakan, lho! Dari mana sebenarnya asal-usul Tauco?

Masakan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa adalah 3 propinsi yang paling dikenal masyarakat Indonesia yang memadukan Tauco pada kulinernya. Sayur Pakis Tumis (khas Kalimantan), Gulai Tauco (khas Minang), Tauge Goreng Tauco (khas Bogor), Sayur Tauco dan Udang Bumbu Tauco (khas Medan), Soto Tauco (khas Tegal),  Tauge Tauco (khas Cianjur), dan masih banyak lagi.

Tauco yang dibuat dari proses fermentasi mulanya ditemukan pada masa sebelum Dinasti Chou, 722 – 482 SM. Sebelum berkembang seperti sekarang, tauco digunakan sebagai bumbu untuk cara melestarikan makanan kaya protein hewani. Kemudian, masyarakat Asia Timur menemukan ketika makanan laut dan daging (lalu kedelai) yang direndam bersama garam dan anggur beras, protein akan memecah menjadi asam amino. Yang dapat meningkatkan selera makan dan penambah rasa makanan.


Di Indonesia, kuliner  ini diperkenalkan oleh  seorang warga Tionghoa bernama Tan Kei Hian yang bermigrasi ke Cianjur di tahun 1880. Tauco yang dibuatnya berhasil memikat lidah masyarakat Cianjur. Lalu, bersama istrinya, beliau menggeluti usaha Tauco. Mereka pun  banyak menyukai menyantap nasi dan tauco saja, tanpa lauk-pauk.

Proses pembuatan tauco tidak cukup membutuhkan waktu sehari. Biji kedelai sebagai bahan utamanya, dijemur selama 3 atau 4 hari, digiling kasar, dicuci bersih, terakhir dimasak selama 6 jam. Setelah itu dijemur sampai kering dan mengeluarkan jamur. Kemudian direndam dalam air garam hingga kering selama 10 hari. Dan selama 2 bulan ditaruh ke dalam guci atau gentong. Proses fermentasi inilah yang terjadi di dalam guci.

Tahun 1889, istri Tan Bei Kian atau yang lebih akrab dipanggil Babah Tasma membuat tauco dengan rasa yang berbeda. Tauco Babah Tasma terasa manis sedangkan Nyonya Tasma terasa asin. Orang-orang banyak menyukai buatan sang istri. Sampai pada kedua orang itu bercerai, Nyonya Tasma mendirikan usaha tauco dengan nama “Cap Meong”.  Usahanya menurun ke anak perempuannya dan saat ini dipimpin oleh keturunannya, Harun Tasma.


Proses dan perabotan yang digunakan Harun Tasma pun masih sama, tradisional. Peralatan memasaknya tetap menggunakan kayu bakar. Harun memang sengaja melakukannya agar kualitas rasa yang dikeluarkan sama dan terjaga. Sampai saat ini, Harun masih memasarkan tauco-nya ke toko-toko dan restoran-restoran yang tersebar di kota-kota Indonesia. Sewaktu ditanya  mengenai peredaran palsu tauco merknya, ia tidak merisaukannya, “setiap orang ada rezekynya,” ujarnya.

Meracik masakan sederhana dengan tauco saja sudah bisa membuat sajian yang menggugah rasa. Misal saja Tahu Tumis Tauco. Rempah-rempah yang digunakan cukup bawang merah, bawang putih, jahe, tomat, dan lengkuas yang ditumis secara bersamaan. Terakhir, masukan tauco  merk Cap Meong ke dalam masakan.

Sebelum masakan jadi, aroma tauco akan keluar dengan wanginya yang kental. Setelah siap disajikan, aroma masih tetap keluar dan cicipan pertama lidah akan mengecap ciri khas dari rasa Tauco. Rasa yang tidak terlalu asin, tidak juga terlalu manis, melainkan gurih. Sebelum dimasak, rasa tauco merk ini memang manis, tapi rempah-rempah dapat menyelaraskannya.  Menikmati makanan paduan tauco memberikan  rasa yang membuat orang ingin lagi menambah porsi makanannya.

Gurih yang dihasilkan berasal dari struktur protein yang terpecah-pecah menjadi asam amino. Kandungan  pada asam amino inilah yang memunculkan rasa umami (bahasa Jepang) atau gurih.

Setiap daerah memiliki kreasi tauco yang menghasilkan rasa dan aroma berbeda. Semua kembali pada selera. Bagi penikmat kuliner maupun pemasak, selera dan rasa ingin tahu yang tinggi membuat mereka berhasrat mencicipi tauco dari tiap daerah. Terlebih lagi para chef/pemasak yang selalu mencoba menu baru. Tak jauh berbeda dengan para Ibu yang memasak untuk keluarganya.(sn)

sumber: http://www.serempak.id/mengenal-kelezatan-dan-asal-usul-tauco-cianjur/

Baca Selengkapnya ...

Jumat, 19 Mei 2017

Berkunjung ke Masjid Agung Cianjur

Masjid Agung Cianjur tampak dari depan

Traveler Cianjur – Halo guys, Mimin sebelumnya mohon maaf karena baru mengurus lagi bog ini. Maklum berbenturan dengan kesibukan sebagai pencari nafkah keluarga, hehe. Sejak dibuat setahun lalu, artikel blog Traveler Cianjur ini belum cukup banyak untuk memberikan informasi tentang traveling di Cianjur.

Oke guys, kali ini Mimin akan membahas tentang berkunjung ke Masjid Agung Cianjur. Ini cukup penting, terutama buat kamu traveler muslim yang baru tiba di kota Cianjur. Well, tentunya kalau sudah tiba waktunya sholat, ada baiknya menyempatkan untuk berkunjung dan melakukan sholat di masjid bersejarah ini.

Masjid Agung Cianjur, sesuai dengan namanya berdiri megah di tengah kota, tidak jauh dari alun-alun, pendopo, dan kantor pos Cianjur. Dua buah menara menjulang tinggi dan atap prisma bertingkat menjadi ciri khas bangunan terbesar di ibukota Cianjur ini. Saat ini usianya lebih dari 200 tahun dari awal pertama kali dibangun tahun 1810. Meski sekarang sudah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan, nafas sejarahnya masih kental terasa.

Masjid Agung Cianjur tepatnya berada di jalan Siti Jenab No. 14, kelurahan Pamoyanan, kecamatan Cianjur, Kode Pos 43211. Bangunan berorientasi timur-barat dengan pintu utama berada di bagian timur. Terdapat tiga pintu utama untuk masuk para jamaah, yaitu Babussalam (selatan), Babussakinah (utara), Babul Marhamah (Timur).

Setelah mengalami 7 kali renovasi dan perluasan, kini Masjid Agung Cianjur mampu menampung sekitar 4000 jamaah dengan total luas area 2.500 m2. Gaya perpaduan modern dan klasik cukup kental terlihat di luar maupun di dalam masjid. Yang paling khas adalah bentuk atapnya yang mempertahankan model lama. Lain dengan bentuk masjid pada umumya yang berkubah besar, Masjid Agung Cianjur memiliki atap prisma persegi empat bertingkat dengan sebuah kubah kecil di puncaknya. Bentuk Masjid Agung Cianjur yang begitu megah hingga meraih predikat sebagai mesjid terbesar di Jawa Barat ini, tentunya memiliki riwayat yang sangat menarik untuk ditelusuri.
Suasana interior ruang utama

Di masa lalu, Mesjid Agung Cianjur terkenal oleh kekhasan kumandang adzan yang begitu merdu dari atas menara. Muadzin yang terkenal pada masa itu di antaranya R. Muslihat (Alm), seorang pengurus mesjid dan muadzin tetap Mesjid Agung Cianjur, serta RH Duduh (Alm).

Meskipun pada waktu itu belum begitu dikenal kumandang adzan bergaya Surabaya atau Yogyakarta, apalagi Mekah di Mesjid Agung Cianjur, ternyata kumandang suara adzan para muadzin tersebut hingga kini belum ada tandingannya. Sampai-sampai pernah ada seorang warga Banten yang selalu ingin mendengarkan kumandang adzan dari R. Muslihat, sehingga ketika ia hendak bepergian menuju Bandung, selalu menyempatkan diri utuk sholat berjamaah di Mesjid Agung Cianjur sambil mendengarkan kemerduan kumandang adzannya. 
Pemandangan dari atas menara

Untuk menuju Masjid Cianjur caranya gak susah kok! Mesjid ini terletak di pusat kota Cianjur. Dengan bentuk bangunan yang megah ditambah dua buah menara yang menjulang tinggi, dijamin kamu gak akan sulit untuk mencarinya.  :)
Baca Selengkapnya ...
Traveler Cianjur 2017