Populer

Khas

Kamis, 22 September 2016

Festival Sarongge 24-25 September 2016


 Ikutilah keseruan dan keasyikan FESTIVAL SARONGGE, sebuah event KULTURAL yang menampilkan PERTUNJUKAN TRADISIONAL SUNDA dan RITUAL disajikan kepada anda oleh petani dan penduduk desa kreatif.

Bertempat di kaki GUNUNG GEDE PANGRANGO (bagian dari wilayah konservasi taman nasional), desa yang cantik (dan keren) ini membuktikan bahwa petani, kebun, hutan dan kesenian bisa hidup saling berdampingan dalam sebuah harmoni yang sangat baik. 

Jangan lewatkan kesempatan langka untuk mendengar ceritanya, menyaksikan hal magisnya dan rasakan energi dari perayaannya!
Highlights :
  • Karnaval Kampung Dongdang. Ikuti parade menyenangkan dan penuh warna di mana warga setempat memakai pakaian tradisional mereka dan membawa produk terbaik mereka atau miniatur dari rumah mereka. Ikut ke dalam kerumunan dan berbagi banyak dan lebih banyak tawa dan canda dengan warga lokal. 
  • Ngaruwat Cai. Saksikan sebuah ritual yang telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh sesepuh kampung sebagai cara untuk melestarikan mata air (yang menyediakan penduduk desa air bersih dan segar) dari perbuatan yang merusak. Cerita lama dan asal muasal Kampung Sarongge akan dikisahkan selama upacara berlangsung dengan bahasa Sunda.
  • Ulin Kolecer. Saksikan kincir angin setinggi 3-4 meter yang terbuat dari bambu atau kayu yang didirikan di luar oleh petani sebagai hiburan mereka. Ketika tertiup angin yang kuat, kolecer akan menghasilkan suara yang bising dan unik. Anak-anak juga memainkan kolecer yang kecil.  
  • Kompetisi Ayam Pelung "Ayam Penyanyi". Dengarkan ayam "bernyanyi" dengan suara melengking panjang yang unik. Ayam Pelung adalah ayam peliharaan yang berasal dari Cianjur Indonesia yang terkenal akan suaranya, pertumbuhan yang cepat dan postur tubuh yang besar. 
  • Pencak Silat. Nikmati peragaan gerakan-gerakan dan jurus yang cantik tapi mematikan oleh sebuah kelompok praktisi "Maenpo", seni bela diri dari Jawa Barat. Bila kamu adalah fans filem "The Raid", pertunjukan ini wajib kamu saksikan. 
  • Kopi Sarongge. Rasakan biji kopi langka yang diambil dari luwak yang hidup secara liar di hutan Sarongge, telah diproduksi dan akan diluncurkan bersama dengan 20 koleksi kopi khas dari seluruh Indonesia: 15 arabica & 5 robusta. Para penikmat kopi... ini adalah sajian khusus untuk kamu, jadi, luangkanlah waktu kamu. Mampir dan coba rasakan sensasinya.   
  • Perkebunan Organik. Belajar tata cara menanam kebun organik dengan filosofinya langsung dari para petaninya. Kamu akan belajar bagaimana cara menanam, memelihara, memanen dan mengepak sayuran segar dan sehat di kebun belakangmu sendiri.
  • Sabun Serai Buatan Tangan. Ikuti peragaan bagaimana cara mengolah serai, kopi dan teh menjadi sabun kencantikan yang akan diperagakan oleh ibu-ibu kampung Sarongge. Kamu juga bisa membawanya sebagai souvenir. 
  • Makana Lokal dan Sambal. Rasakan sensasi dan rasa yang luar biasa dari resep sederhana yang dimasak dengan cinta.  Benar-benar pas, sempurna!
  • Rampak Kendang, Jaipong dan Ibing Calung. Ikut naik ke panggung, goyangkan badanmu dan ikuti iramanya, jadikan penari cantik dan musisi menjadi temanmu. Saatnya berpesta!
  • Pemandangan pagi menakjubkan dari Gunung Gede Pangrango. Bangun lebih pagi dan tarik napas... berjalan-jalan sebentar sepanjang kebun dan bersantai dengan udaranya yang segar, bawa kamera/ponsel anda dan ambil foto siluet gunung ketika matahari terbit.  
  • Bazar produk lokal dan banyak lagi...  

informasi di halaman ini diterjemahkan dari situs desodeso.com

  Bagaimana cara menuju ke lokasi? lihat melalui google map. 

Baca Selengkapnya ...

Rabu, 15 Juni 2016

Maranggi Juga Ada di Cianjur lho!

Maranggi Sari Asih, Cipanas (by: King H. Tripadvisor)
Kuliner yang satu ini kalau dilihat tak ubahnya sate biasa. Tetapi tentu ada bedanya. Sate maranggi, begitu orang Cianjur menyebutnya. Terbuat dari daging sapi segar, dengan bumbu rempah, ketumbar, asam jawa dan gula aren, rasanya begitu meresap sampai bagian paling dalam. Ini karena daging sudah direndam beberapa jam sebelum dibakar dan disajikan dengan alas daun pisang, dan ditemani sambal oncom. Nikmat benar rasanya. Gurih, manis dan pedas dari sambal oncomnya. Perpaduan yang lezat. Apalagi disantap di malam hari, saat udara semakin dingin di Cianjur. 

Sate maranggi menjadi salah satu makanan khas di Cianjur. Kamu bisa menemukan panganan ini di beberapa titik. Beberapa di Antaranya sudah lumayan dikenal luas sebagai tujuan wisata kuliner. Bahkan ada pula yang sudah diliput oleh TV nasional. Masih ingatkah kamu acara Pak Bondan Maknyus di Trans TV? Ya, salah satu lapak maranggi yang pernah disambangi adalah lapak di dekat perempatan bypass dan jalan Mangunsarkoro. Penjualnya seorang ibu-ibu, berjualan di emperan dengan peralatan sederhana. Tetapi biar begitu, rasanya boleh diadu. 

Penjual maranggi di perempatan depan Ramayana juga cukup banyak pelanggannya. Saya sering juga beli di tempat ini kalau kebetulan lewat. Harganya cukup terjangkau. satu tusuk Rp 2.000,-, seporsi 10 tusuk dengan sambal oncom yang banyak. Bisa dimakan ditempat, dengan suasana pinggir jalan dan gerobak khas sate. Disediakan kursi dan meja sederhana. Saking larisnya, tak jarang saya harus menunggu antrian panjang saat memesan maranggi yang satu ini. 

 Di kawasan wisata kuliner Sinar, di depan stasiun Cianjur juga ada. Kalau tidak salah ada dua gerobak yang berjualan. Kalau kamu dekat dengan tempat ini, bisa mampir dulu untuk mencicipi sajian marangginya. 

Kalau kamu sedang di daerah Cipanas, wajib mampir di kedai maranggi Sari Asih. Lebih dikenal dengan sebutan Sate Maranggi Pacet. Kedai ini selalu penuh dengan pengunjung dari pagi hingga malam hari. Kenapa? tentunya karena maranggi di sini lezat. Dengan udara Cipanas yang sejuk, menambah mantap suasana makan kamu. Maranggi yang ditawarkan ada dua jenis yaitu maranggi tanpa lemak dengan harga Rp 3.500,- dan dengan lemak harganya Rp 2.500,-, tinggal pilih sesuai selera. Untuk melengkapi santapan kamu, bisa juga ditambah ketan bakar dan kelapa muda segar. Lokasinya berada sebelum istana Cipanas, kalau dari arah Cianjur menuju Bogor. 

 Satu lagi tempat maranggi yang harus saya sarankan, yaitu sate maranggi Warujajar. Di kedai ini juga antriannya panjang, apalagi di musim liburan. Letaknya di jalan Warujajar dekat pusat kota Cianjur. Seperti yang lainnya, sajian maranggi dilengkapi dengan sambal oncom dan ketan bakar. Di sini cara pembakarannya masih khas dengan kipas dari anyaman bambu. Kalau mau makan di tempat, bisa masuk ke kedai sederhana yang sudah dipenuhi warna hitam akibat asap pembakaran arang. Suasananya menjadi unik.
Baca Selengkapnya ...

Senin, 13 Juni 2016

Ada Apa dengan Kacapi?

Kalau kamu sedang berjalan-jalan di Cianjur, di beberapa sudut tempat pasti menemukan bentuk khas seperti kacapi atau perahu. Ya itu adalah bentuk alat musik kacapi indung atau disebut juga kacapi parahu. Tentu karena bentuknya yang seperti perahu layar. Ini adalah salah satu ciri khas ikon landscape di Cianjur. 

Cianjur selalu diidentikkan dengan seni tembang Cianjuran atau dalam istilah lain disebut juga seni mamaos. Perkembangan seni mamaos dimulai sekitar abad ke-18 yang diprakarsai oleh seniman-seniman kadaleman di lingkungan pendopo kabupaten. Sejak Bupati R.A.A Kusumahningrat atau yang lebih populer disebut Dalem Pancaniti memperkenalkan seni mamaos ke khalayak yang lebih luas, kini seni mamaos telah berkembang dan menyebar ke berbagai daerah. Seni mamaos adalah sebuah penampilan seni suara (vokal) yang diiringi dengan kacapi indung sebagai instrumen utama, sedangkan instrumen lainnya yang melengkapi iringan yaitu suling dan kacapi rincik.
Kacapi Indung
Kacapi indung sebagai instrumen utama pengiring mamaos ternyata tidak hanya eksis dalam seni musik, tetapi juga bentuk-bentuk kacapi indung atau disebut juga kacapi gelung, atau kacapi parahu telah menjadi inspirasi berbagai arsitektur yang dapat dikatakan menjadi ikon kota Cianjur. Di beberapa tempat di kota cianjur terdapat replika-replika bentuk arsitektur yang mengambil ide dari bentuk kacapi indung, seperti bentuk tugu, pada gapura, bahkan digunakan pada kain batik.

Tampaknya kacapi indung telah menjadi inspirasi untuk membuat suatu objek yang khas, yang dapat menunjukkan identitas kelokalan Cianjur. Beberapa contoh struktur bangunan atau arsitektur lainnya yang memiliki bentuk kacapi indung yaitu:

Tugu Keluarga Berencana (KB): Perempatan Bypas-Ramayana

Tugu Keluarga Berencana
Tugu ini terletak di persimpangan jalan Dr. Muwardi (Bypas) dengan Jl. Mangun Sarkoro (Jalan Raya). Struktur dengan bentuk kacapi indung diletakkan di bagian atas tugu dengan puncaknya diletakkan lambang dan moto Keluarga Berencana. Pengendara yang lewat ke persimpangan ini dari arah Puncak ke Bandung via jalan Dr. Muwardi pasti akan menjumpai tugu ini. Karena Jl. Dr. Muwardi adalah jalan utama perlintasan jalur Puncak-Bandung, begitupun sebaliknya Bandung-Puncak via Cianjur lewat Ramayana.  

Gapura Gang Rinjani
Gapura Gang Rinjani
Struktur berbentuk kacapi indung diletakkan di atas gapuran dengan gagah. Berwarna hitam dengan ornamen bunga berwarna putih.  

Taman Joglo
Taman Joglo
Taman yang dulunga bekas terminal Joglo ini memiliki arsitektur pilar berbingkai dengan ide bentuk ‘gelung’ dari kacapi indung dan tiangnya terinspirasi dari suling. Letak taman ini di jalan Siliwangi persimpangan dengan jalan Pangeran Hidayatullah.

Gapura SDN Ibu Dewi 3
Gapura SDN Ibu Dewi 3
SDN Ibu Dewi 3 memiliki struktur kacapi indung yang diletakkan di atas gapura pintu pasuk utama. Replika kacapi disandingkan dengan replika kendang dan kulanter yang terbuat dari beton. Struktur ini terletak di jalan Siliwangi kompleks sekolah dasar negeri Ibu Dewi.   

Selain contoh yang telah ditampilkan, sebenarnya masih ada beberapa lagi arsitektur yang menggunakan bentuk kacapi indung, tetapi belum sempat CH ambil gambarnya. Tiga sruktur lainnya dapat ditemui di sepanjang Jalan Raya Bandung. Yang pertama yaitu gapura selamat datang di daerah Tungturunan dekat sungai Cisokan, lalu ada Gapura selamat datang di daerah Karang Tengah, dan gerbang kota Cianjur di daerah persimpangan tugu pramuka.

Batik Khas Cianjur
Batik Khas Cianjur
Bentuk kacapi dipakai juga pada ornamen kain batik khas Cianjur dengan dipadukan unsur bentuk padi dan beras khas Cianjur.

Makam Raden Etje Madjid
Makam Raden Etje Madjid
Makam yang dibentuk seperti alat musik kacapi indung ini adalah makam Raden Etje Madjid, yaitu salah satu seniman padaleman pada masa awal perkembangan seni mamaos. Karena bentuknya sangat berbeda dari makam lain di sektiranya, makam Rd. Etje Madjid ini cukup mudah untuk ditemukan di kompleks pemakaman Pasar Baru. Di kompleks ini juga terdapat makam salah satu bupati Cianjur dahulu yaitu Raden Wiranagara.
Masih penasaran?
Baca Selengkapnya ...

Naik Becak Yuk, Keliling Kota Cianjur!


Sarana transportasi tradisional yang satu ini pasti sudah tak asing lagi buat kamu. Becak, konon sudah ada sejak Cianjur dihuni oleh para pendatang Tionghoa di masa penjajahan Belanda dulu. Saat ini becak menjadi salah satu alat transportasi alternatif yang cukup banyak di gunakan di sekitar pasar Induk Cianjur lama. Atau di sekitar jalan raya.

Selain untuk mengangkut orang, becak juga dapat digunakan untuk mengangkut barang. Tetapi tergantung kekuatan si pengayuh becaknya juga. Kalau barang yang terlalu berat ya tidak akan kuat abang becaknya.

Meskipun Pasar Induk lama dekat Mesjid Agung Cianjur sudah diratakan dengan tanah, tetapi keberadaan becak masih dapat terlihat di sekitar jalan-jalan protokol Cianjur. Untuk transportasi jarak dekat, kamu dapat naik becak-becak yang banyak mangkal di sudut-sudut jalan.

Idealnya, untuk berkendara becak adalah di waktu sore atau malam hari, karena udara yang semakin sejuk. Becak-becak di sini hanya mampu memuat dua orang saja. Meskipun kawasan Cianjur kota tidak begitu luas, tetapi karena konturnya yang miring, bisa membuat abang becak kewalahan juga saat menanjak.

Ongkosnya tergantung jarak tempuh, antara Rp 10.000,- sampai Rp 50.000. Kalau kamu mau mencari oleh-oleh manisan atau oleh-oleh lainnya, bisa diantara dengan abang becak ya. Bisa juga sebagai teman ngobrol dan berbagi pengalaman saat menaiki becak. 

Selamat jalan-jalan.
Baca Selengkapnya ...

Kamis, 04 Februari 2016

Panen "Impun" (ikan kecil) di Upacara Nyalawena

Nyalawéna adalah sebuah tradisi yang telah dilakukan sejak dahulu. Aktifitas ini adalah momen berkumpulnya seluruh warga pesisir pantai untuk mengambil hasil kekayaan berupa ikan-ikan kecil. Nyalawena berasal dari kata salawé yang artinya dua puluh lima. Nyalawé berarti melakukan kegiatan pada tanggal 25 bulan Islam, terutama di daerah sekitar pantai Apra, Sindangbarang, Cianjur. 

Pada tanggal itu, orang-orang sekitar Sundangbarang biasanya berbondong-bondong ke muara sungai di pesisir untuk mengambil impun (sejenis ikan berukuran kecil seperti ikan teri), yang sedang melakukan migrasi dari laut ke hulu sungai Cisadea. Di pantai daerah Sukabumi, impun-impun bergerak menuju muara Cimandiri, Cisolok, dan Sukamaya, hingga ke sungai Cibareno atau perbatasan Banten. Sebelum mengambil impun, terlebih dahulu diadakan ritual upacara adat, sebagai wujud hormat kepada penguasa laut kidul, yaitu Nyi Roro Kidul, dan Si Pacul agar mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa, serta hasil ikan yang didapat baik.

Kepercayaan kepada Nyi Roro Kidul dan Si Pacul telah sangat lekat dengan masyarakat nelayan dan masyarakat pesisir selatan CIanjur, terutama masyarakat Sindangbarang. Kepercayaan ini juga termasuk daerah pesisir Pelabuhan Ratu, dan pesisir selatan pulau jawa pada umumnya. Hal ini terlihat ketika berlangsungnya acara Nyalawéna berbagai kalangan ikut dalam upacara itu, dan mereka tidak berani melakukan perbuatan asusila, sebab menurut sesepuh, barang siapa yang melanggat pantangan akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan atau musibah. Hasil dari kepercayaan itu menjadikan masyarakat dan para tamu yang datang ke acara itu tak berani mengganggu tradisi dan lingkungan alam sekitarnya.   

Hubungan masarakat Cianjur pada umumnya, dengan masyarakat selatan Cianjur khususnya terhadap upacara Nyalawéna, secara emosional masih erat hingga saat ini. Pada bulan Rajab, Maulud, atau dalam rangka memperingati Hari Besar Islam, antusias masyarakat untuk datang ke upacara Nyalawéna lebih banyak. Hal ini disebabkan ada kepercayaan bahwa pada bulan-bulan tersebut mereka akan mendapatkan hasil ikan yang lebih banyak. Rata-rata masyarakat yang mengikuti kegiatan Nyalawéna bisa mendapatkan impun sekitar 5-10 karung, yang berbobot kurang lebi 50 Kg. 

Impun hasil tangkapan kemudian diolah menjadi berbagai macam makanan. Makanan olahan khas berbahan impun terutama yaitu jalangkring, semacam dendeng berbentuk seperti rengginang. Rasanya sangat gurih dan khas. Sangat nikmat disajikan dengan nasi pulen hangat. 
Baca Selengkapnya ...
Traveler Cianjur 2017