Populer

Khas

Minggu, 07 Januari 2018

Berwisata ke Curug Citambur, Pesona Penuh Misteri



Curug Citambur Cianjur adalah salah satu wisata alam di daerah Jawa Barat yang hingga kini masih terjaga kealamiannya. Tak kalah dari kepopuleran Curug Cikondang, tempat ini juga sangat cocok jika Anda sedang mencari sebuah tempat untuk menikmati indahnya pemandangan alam dengan sedikit suasana petualangan.

Spot yang satu ini memang patut untuk di coba. Keadaan alamnya yang selalu di selimuti kabut tipis dengan udara yang super dingin di pagi hari di jamin akan memberikan sensasi jalan-jalan yang anti mainstream di Cianjur. Kondisinya yang masih bisa di katakana “pure” dan masih belum banyak terjamah membuat tempat ini sering di sebut sebagai salah satu surga tersembunyi di Cianjur.

Lokasi Curug Citambur Cianjur
Lokasinya terletak di Desa Karang Jaya yang ada di Kecamatan Pasir Kuda, Kabupaten Cianjur bagian selatan, Propinsi Jawa Barat. Lokasinya tidak jauh dari Situs Gunung Padang. Dari Ciwidey Bandung, air terjun ini berada di bagian selatan berjarak sekitar 40 km jika di tempuh dengan perjalanan darat.
Lihat lokasi Curug Citambur di google maps
Cara Menuju Air Terjun Citambur Cianjur
Jika Anda berminat untuk mengunjungi curug ini, berikut ini beberapa rute menuju Curug Citambur yang bisa Anda tempuh.
Jika berangkat dari Kota Bandung, Anda harus berkendara menuju ke arah Ciwidey. Teruskan perjalanan melewati daerah Leuwi Panjang kemudian Kopo Sayati –  Katapang – Pasir Jambu – Ciwidey dan terakhir Anda akan sampai di Rancabali.
Setelah menemukan kantor Kecamatan Rancabali yang berada tidak jauh dari Situ Patengan, Anda akan menemukan jalan masuk di sisi kanan yang menuju ke Perkebunan Teh Sinumbra. Masuk ke dalam jalan tersebut dan lanjurkan perjalanan hingga menemukan Desa Cipelah. Terus berkendara menuju ke arah Desa Karang Jaya hingga Anda menemukan kantor desanya.
Tepat di seberang kantor Desa Karang Jaya tersebut ada pintu masuk yang menuju ke Curug Citambur. Dari pintu masuk ini Anda masih harus menempuh perjalanan beberapa ratus meter lagi. Kurang lebih nya sekitar 200 meter. Jalan masuk masih bisa di tempuh dengan sepeda motor, hanya saja kondisinya tidak terlalu bagus. Anda harus ekstra hati-hati terlebih lagi jika jalan sedang becek.
Setelah menemukan lahan parkir, Anda bisa meletakkan kendaraan di sana. Dan perjalanan menuju ke lokasi air terjun masih harus di tempuh dengan berjalan kaki.

Harga Tiket Masuk Curug Citambur Cianjur

Untuk bisa masuk dan menikmati semua suguhan yang di tawarkan oleh curug ini Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membayar tiket. Harga tiket masuk ke Curug Citambur hanya Rp. 3000/orang. Jika Anda menggunakan sepeda motor maka untuk biaya parkir di kenakan Rp. 2000/motor dan mobil Rp. 5000/mobil

Fasilitas

Meskipun lokasinya yang terbilang cukup tersembunyi, namun dalam hal fasilitas curug ini bisa di katakan memiliki fasilitas yang lumayan lengkap. Beberapa fasilitas yang bisa Anda gunakan:
§  Mushola
§  Toilet
§  Area Parkir
§  Kedai Makanan

Tips

Curug Citambur Cianjur ini memiliki debit aliran air yang sangat deras, ketinggiannya juga mencapai 100-120 meter sehingga Anda sebaiknya jangan coba-coba untuk mandi di bawahnya. Karena pasti akan terasa sakit sekali ketika terkena hempasan air yang sangat deras.
Gunakan alas kaki yang nyaman. Sebaiknya gunakan sepatu, jangan pakai sandal apalagi bertelanjang kaki atau ceker ayam. Kondisi jalan di sekitar curug ini cukup licin, jadi Anda mesti berhati-hati
Bawalah pakaian ganti lengkap hingga ke dalaman-dalamannya. Karena pasti Anda akan basah-basahan di sini. Minimal basah terkena uap air yang selalu banyak memenuhi sekitar curug.
Waktu yang bagus untuk datang ke curug ini adalah di pagi hari. Jika Anda datang pada sore hari, usahakan untuk keluar dari lokasi sebelum matahari terbenam. Perkirakan waktu sebisa mungkin agar bisa keluar dari daerah Rancabali sebelum malam karena beberapa jalan masih belum memiliki penerangan.


Baca Selengkapnya ...

Rafting di Sungai Cikundul

Sumber: Antaranews



Ayo ke Cianjur..


Orang cianjur mau rafting ke sungai cikundul saja! Bosen main ke curug? Ayo ke cianjur,kita rafting di sungai cikundul.

Cikundul selain mempunyai Wisata Religi yang sudah melanglang buana ke mancanegara, Cikundul juga mempunyai Wisata Air yang sangat membanggakan untuk dikembangkan

Trek yang tersedia di sungai cikundul ini sungguh memanjakan para pecinta olahraga ektrem tersebut.Panjang sungai cikundul ini 9 KM , Sungai cikundul di desa cijagang tersebut belum terjamah sehingga keasriannya masih terjamin. Kelebihan dari sungai cikundul ini adala bebatuan yang ada di aliran sungai cikundul sangat menantang dan lebih berpariatif pada saat bermain.

Sebelum bermain rafting ada beberapa hal yang harus anda perhatikan yaitu pertama ikuti arahan dari pemandu rafting . hal ini merupakan salah satu cara aman bermain rafting. Biasanya sang pemandu akan memberitahu apabila perahu akan melewati jaram yang memiliki arus yang kuat. Wisata rafting yang satu ini memang tidak terlalu sulit akan tetapi tetap membutuhkan kewaspadaan.

Yang kedua adalah membawa dan memakai perlatan yang lengkap saat rafting,bila anda tidak punya alat-alatnya maka di dekat sungai arung jeram ini akan menyewakan alat- alat tersebut dengan harga yang terjangkau untuk anda.  Penasaran? Ayo ke cianjur

Ada beberapa paket arung jeram, yang pertama paket 1 hari dengan harga yang relatif murah hanya Rp250.000/pax minimal 4 orang, Anda bisa menjelajahi sungai Cikundul sepanjang 9 KM, termasuk mendapatkan: instruktur, sertifikat, welcome drink kelapa muda, transfort dari The Jhon’s ke lokasi rafting pulang-pergi, coffe break, asuransi, dokumentasi, 1 x makan, hingga Ziarah ke Makam Cikundul.

Paket 2, Rp555.000/pax minimal 4 Orang: Selama 2 hari 1 malam. Rafting Cikundul sepanjang 9 KM, Instruktur, camping di Bougenville Park, 3 kali makan (Breakfast, Lunch, Dinner), 2 kali coffe break, snack, kelapa muda, fun games, flying fox, paint ball, gratis masuk ke dragon swimming pool, d orange point, dokumentasi, sertifikat, asuransi, transfort dari The Jhon’s ke lokasi rafting pulang-pergi, hingga Ziarah Makam Cikundul,

Paket ke 3, Rp650.000/pax minimal 4 Orang, bedanya dengan pake 2 di tempat menginapnya, pada paket ini wisatawan menginap di Villa Ethnic.

Berikut adalah review rafting di sungai cikundul semoga informasi ini bermanfaat untuk anda yang berencana liburan di akhir pekan Ayo ke cianjur!

sumber: 
http://picnicincianjur.blogspot.co.id/2017/01/rafting-di-sungai-cikundul-cianjur.html#
Baca Selengkapnya ...

Minggu, 19 November 2017

China Town di Cianjur


Keberadaan warga keturunan etnis Cina di Cianjur merupakan salah satu ragam heterogenitas penduduk kota Cianjur. Dari perjalanan panjang sejarah kota Cianjur, warga Cianjur keturunan Cina memiliki jasa yang cukup besar dalam perekonomian Cianjur. Berbagai peninggalan bersejarah dari masa kolonial Belanda yang dibangun oleh warga keturunan Cina banyak tersebar di Cianjur, terutama di wilayah ibukota Cianjur.
Perempatan Jalan Shanghai sekitar tahun 1880-an (foto:Trompen Museum)

Hingga kini, masih dapat dikenal sebutan Jalan Shanghai, untuk salah satu lokasi perempatan di pusat kota Cianjur. Gedung Wisma Karya yang kini digunakan sebagai gedung olah raga tenis meja oleh KONI Cianjur juga merupakan salah satu bangunan peninggalan warga Cina yang memiliki berbagai fungsi. Tempat peribadatan berupa Vihara (klenteng), di Jl. Mangun Sarkoro pun menjadi saksi bisu eksistensi warga Cianjur keturunan Cina dari masa ke masa.

Kehadiran orang-orang Cina di Cianjur dimulai sekitar awal abad ke-19. Hal ini ditandai oleh didirikannya Kampung Cina di Cianjur berdasarkan besluit tanggal 9 Juni 1810. Pada saat itu Kabupaten Cianjur dipimpin oleh Raden Noh atau Raden Wiranagara, yang lebih dikenal dengan gelar Raden Adipati Wira Tanu Datar VI. Dengan didirikannya Kampung Cina pada waktu itu, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan tanah-tanah kosong yang ada serta menanaminya dengan tanaman seperti tembakau, indigo atau kapas.
Arsitektur bangunan peninggalan warga keturunan Cina 

Pendirian Kampung Cina di Cianjur, waktunya juga bersamaan dengan pendirian kampung Cina di kabupaten-kabupaten lain yang ada di wilayah Priangan, seperti Bandung, Parakanmucang, Sumedang, Sukapura, Limbangan, dan Galuh. Salah satu pertimbangan penting yang dijadikan dasar pendirian kampung Cina adalah keberhasilan orang-orang Cina dalam meningkatkan kesejahteraan dan perdagangan di daerah Kedu dan daerah vorstenlanden lainnya.

Lokasi Kampung Cina di Cianjur terutama terdapat di wilayah ibukota Cianjur. Hal ini ditandai dengan populasi warga Cianjur keturunan Cina yang berpusat di Cianjur kota. Ciri lainnya yang menjadi tanda lokasi Kampung Cina, adalah bangunan ruko (rumah toko) dengan arsitektur khas yang banyak ditemukan di wilayah Cianjur kota.

Peninggalan Bersejarah
Obyek-obyek bersejarah peninggalan warga Cina di Cianjur baik berupa arsitektur, makanan, maupun tradisi Cina masih dapat ditemukan dengan mudah. Lokasinya berada di beberapa tempat strategis dan jalan-jalan utama. Di pusat kota Cianjur, atau lebih dikenal dengan Jalan Raya, hingga kini dapat ditemukan bangunan-bangunan ruko dengan gaya khas Cina pada masa kolonial Belanda.
Arsitektur "pelana kuda" menjadi ciri khas bangunan Cina di Cianjur
Arsitektur khas yang banyak ditemukan yaitu puncak atap yang berbentuk pelana dengan ornamentasi khas Cina. Bangunan dengan arsitektur semacam ini terutama masih dapat di lihat di Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. Siti jenab, Jl. Suroso, Jl. Barisan Banteng, Jl. Taifur Yusuf, Jl. Sinar dan beberapa ruas jalan lainnya di Cianjur Kota. Arsitektur serupa ditemukan pula di sekitar pasar Warungkondang.

Salah satu ruko bertingkat dua di Jl. Mangun Sarkoro
Di sepanjang Jl. Mangun Sarkoro  (Jalan Raya Cianjur) banyak ruko (rumah toko) yang dimiliki oleh warga Cianjur keturunan Cina. Ruko-ruko di jalan ini ada yang arsitekturnya tetap dipertahankan, namun tidak sedikit pula yang telah mengalami perombakan total. Selain ruko, terdapat juga dua vihara yang menjadi pusat peribadatan warga Cina hingga sekarang. Salah satu vihara yang telah menjadi cagar budaya adalah Vihara Bhumi Pharsija, yang dibangun tahun 1880.

Di Jl. Moh. Ali yang bersimpangan dengan Jl. Mangun Sarkoro terdapat titik yang paling terkenal dan lekat dengan sejarah pendudukan warga Cina di Cianjur. Pada masa lalu, jalan ini disebut Jalan Shanghai, namun kini telah berganti nama. Sebutan Jalan Shanghai hingga kini masih tetap dikenal oleh warga Cianjur untuk lokasi ini.

Di lokasi ini juga terdapat beberapa bangunan peninggalan warga Cina pada masa lalu. Salah satunya yaitu Gedung Wisma Karya. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1950-an oleh warga keturunan Cina sebagai gedung berbagai kegiatan. Sekitar tahun 1966, gedung ini dipakai oleh KAMI/KAPI Cianjur sebagai pusat kegiatan. Sekarang fungsinya menjadi gedung olah raga tenis meja. Bangunan ini semula menjadi satu bagian dengan sekolah Cina yang berada di bagian belakangnya. Sekarang pada bagian belakang gedung ini terdapat beberapa bangunan sekolah dasar negeri.
Gedung Wisma Karya Cianjur (tampak belakang)
Di daerah Pasir Hayam, tepatnya di Desa Sirnagalih kecamatan Cilaku, terdapat kompleks besar pemakaman kuno warga Cina Cianjur. Setidaknya terdapat tiga bukit utama yang dijadikan sebagai area pemakaman. Makam-makam Cina yang terdapat di kompleks ini kebanyakan berukuran besar dengan arsitektur megah khas Cina. Pada beberapa nisan berterakan tulisan Cina, dapat dilihat usia makam tertua yang dibuat sekitar tahun 1920-an. Saat ini, areal kompleks pemakaman Cina kuno ini dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cianjur, dan masih digunakan hingga sekarang.
Salah satu sudut kompleks pemakaman kuno Cina 
Kuliner Khas Cina
Sebagai pendongkrak perekonomian dari masa kolonial Belanda, warga keturunan Cina di Cianjur memiliki berbagai kegiatan usaha. Beberapa di antaranya tetap bertahan dari masa kolonial. Dalam bidang kuliner, terdapat tiga jenis penganan yang cukup dominan dan khas di sekitar kota Cianjur.

Warga Cianjur sudah tentu kenal dengan makanan tauco. Makanan ini berawal dari resep warga Cina yang datang ke Cianjur pada masa kolonial. Hingga sekarang, jenis makanan ini tetap bertahan dan mampu berkembang, bahkan telah diakui sebagai makanan khas kabupaten Cianjur. Produk tauco Cianjur resep warga Cina yang eksis hingga sekarang di antaranya yaitu Tauco Cap Meong. Salah satu varian olahan tauco yang menjadi khas Cianjur lainnya adalah Geco (tauge-tauco), hingga kini masih dapat di temukan di beberapa sudut jalan di Cianjur.

Restoran Cina yang mempertahankan arsitektur klasik
Selanjutnya terdapat manisan buah-buahan, yang merupakan salah satu olahan makanan dengan tujuan untuk membuat buah mampu bertahan lama. Resepnya diperoleh sejak jaman dahulu. Manisan buah juga telah dinobatkan sebagai makanan khas Cianjur. Kemudian, warga Cianjur sangat mengenal olahan roti. Salah satu yang terkenal yaitu pabrik roti Tan Keng Cu. Mengenai olahan ini, cukup unik bila ditelusuri sejarahnya. Pada awalnya roti diproduksi untuk memenuhi permintaan penduduk Eropa di Cianjur. Hingga kini, produksi roti Tan Keng Cu tetap bertahan dan telah mengalami perkembangan.

Selain tiga olahan khas yang cukup dominan, di Cianjur juga banyak ditemukan kuliner khas Cina seperti capcay, kwetiaw, siomay, bakso, bakpau, bacang, dll. Untuk mendapatkannya, cukup mendatangi toko-toko kue dan restoran Cina yang ada di sekitar Cianjur kota.

  
Baca Selengkapnya ...

Tradisi Menanam Padi di Awal Musim Penghujan



Kali ini Traveler Cianjur berbagi pengalaman tentang pola bertani masyarakat sawah di Cianjur. Foto ini diambil di sekitar daerah Ciranjang pada tanggal 1 Mei tahun 2014. Keadaan cuaca cukup mendung, mungkin karena sudah memasuki musim hujan (?). Ya, siklus musim pada beberapa bulan terakhir kurang begitu bisa diprediksi. Pasalnya, seingatku dulu ketika dalam pelajaran di Sekolah Dasar ibu guru memberitahuku kalau musim hujan biasanya datang di bulan-bulan berakhiran –ber, -dianalogikan dengan ungkapan ber-beran dalam bahasa Sunda, yang berarti kurang lebih: menirukan suara hujan disertai angin-  yaitu Oktober, Nopember, September, Desember sampai bulan Februari. Dan musim kemarau dimulai pada bulan berakhiran –ret –yang dianalogikan dalam ungkapan ret-retan untuk menunjukkan air mulai mengecil/tidak mengalir lagi dan menghilang- yaitu Maret hingga Agustus.  Tetapi mungkin saat ini siklusnya tidak seperti itu lagi. Konon akibat pemanasan global.   


Di petakan-petakan sawah yang tersebar di daerah ini padi sudah dipanen dan lahan telah diistirahatkan dari kegiatan bersawah. Yang terlihat hanya kubangan air dan lumpur yang diselingi sisa-sisa padi yang masih tumbuh tak beraturan. Padi yang masih tumbuh dari sisa panen memang masih dapat bertahan hingga masa tanam berikutnya bila air memadai. Tetapi padi ini tidak akan menghasilkan biji yang dapat dimanfaatkan. Di saluran-saluran air petakan sawah ini hidup berbagai ikan kecil dan belut, terkadang juga hurang (udang), keuyeup (kepiting) dan tutut (sejenis kéong kecil).


Di salah satu pojokan sawah yang terbentang luas itu terdapat sepetak kecil tunas-tunas padi yang mulai tumbuh dari hasil penyemaian. Selintas tampak seperti hamparan karpet tebal berwarna hijau cerah. Benih padi ini disemaikan pada masa istirahat lahan sawah. Dengan demikian waktu luang untuk menunggu siklus tanam berikutnya dapat digunakan dengan efisien. Beberapa minggu dari sekarang, sawah akan mulai digarap kembali dan ditanami dengan tunas-tunas padi yang baru.
Baca Selengkapnya ...

Peninggalan Prasejarah di Situs Benteng Tanah, Kampung Kuta


Situs Benteng Tanah secara administrati terletak di Kampung Pasanggrahan, Desa Ciranjang Hilir, Kecamatan Ciranjang. Situs terletak di daerah oedesaan yang bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua. Kendaraan roda empat hanya bisa sampai di pinggir jalan besar yang mengguhubungkan kota Bandung dan Cianjur. Lokasinya berjarak sekitar 1 km dari jalan besar dan untuk mencapainya harus melewati pemukiman dan persawahan.

Benteng tanah merupakan tinggalan manusia masa lampau yang menunjukkan daerah tersebut hunian manusia masa lampau. Lokasi dibangunnya benteng diapit dua alira sungai, yaitu sungai Cisokan dan Sungai Ciranjang. Pada bagian utara situs terdapat pertemuan aliran sungai Cisokan dan Ciranjang.

Benteng tanah yang ada di situs ini mencapai ketinggian 7 meter. Bangunan benteng tanah ini terbentang antara tepian sungai Cisokan dan Ciranjang sepanjang sekitar 500 meter. Sekarang areal sekitar benteng dimanfaatkan sebagai area pertanian dan pemukiman. Pada bagia utara benteg telah terdapat pemukiman yang berakibat pada salah satu bagian benteng dibongkar untuk keluar masuk warga.
Makam Embah Sarangsang Bentang, tepat di bawah pohon beringin

Pada bagian ujung utara situs terdapat makam Embah Sarangsang Bentang. Makam ditandai adanya dua batu alam tegak dan hamparan bata. Makam ini terletak di bagan pertemuan sungai Cisokan dan Ciranjang. Lokasi yang sering dikunjungi para peziarah ini mempunyai potensi utuk dikembangkan tidak hanya sekedar obyek wisata ziarah. Lokasi yang tinggi bisa untuk melihat pemandangan sekelilingnya berupa aliran kedua sungai di bawahnya dan alam perbukitan sekitarnya.

Sumber: Disbudpar Provinsi Jawa Barat.
Baca Selengkapnya ...

Pendopo, Singgasana Bersejarah Para Bupati Cianjur


Pendopo Kabupaten Cianjur merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Cianjur, terletak di jalan Siti Jenab. Secara administratif masuk dalam wilayah Kampung Kebon Kembang, kelurahan Pamoyanan, Cianjur Kota.

Pendopo dikelilingi oleh empat ruas jalan dan di dalam area yang sama terdapa bebrapa banguna pemerintahan. Pendopo terletak di lingkungan perkotaan dan merupakan pusatnya kota Cianjur. Di bagian depannya terdapat alun-alu (kini menjadi taman kota), Masjid Agung Cianjur, dan salah satu situs yang cukup penting dalam riwayat pemilihan lokasi sebagai kota, yaitu mata air yang dikenal dengan pangguyangan badak putih. 
tampak samping


Pendopo merupakan salah satu bangunan terpenting dalam sejarah suatu kota pusat pemerintahan, seperti Kabupaten Cianjur. Sekarang pendopo sudah menjadi kompleks bangunan karena banyaknya bangunan lainnya. Kompleks tersebut mengandung beberapa tinggalan budaya masa lampau selain bangunan pendopo itu sendiri.
pendopo Cianjur pada masa kolonial Belanda

Bangunan pendopo dibangun pada sekitar tahun 1780 setelah bangunan yang lama hancur akibat gempa pada tahun 1779. Bangunan pendopo menghadap ke utara ke arah jalan raya. Secara umum bangunan ini berupa bangunan permanen dengan campuran gaya bangunan lokal dan Eropa. Pada bagian depan bangunan terdapat teras dan tiang-tiang bergaya Eropa, pintu dan jendela berukuran besar. Atap terbuat dari genting dan bersusun.

Pada bagian belakang terdapat kolam dan dua buyung serta batu tegak. Buyung merupakan bangunan berrongga dari batu setinggi sekita 70 cm dan berbentuk kuncup bunga. Selain itu, pada bagian depan kompleks pendopo dijumpai lonceng logam berukuran cukup besar berangka tahun 1774 yang digantungkan pada tiang dari beton.

Lonceng Batavia (foto: dok. Cianjur Heritage)


Sumber: Disbudpar Provinsi Jawa Barat
Baca Selengkapnya ...

Berziarah ke Makam Leluhur Cianjur di Cikundul

Makam Dalem Cikundul (foto:wikipedia)
Dalem Cikundul merupakan tokoh yang cukup penting dalam sejarah Kabupaten Cianjur. Beliau merupakan dalem pertama dan terakhir dari Padaleman Cianjur pad amasa peralihan kekuasaan Mataram kepada VOC atas Priangan. Padaleman Cianjur inilah yang pada kemudian berubah menjadi kabupaten Cianjur. Keturunan-keturunan beliau akhirnya menjadi beberapa penerus pemangku jabatan bupati pada zaman Belanda.

Makam Dalem Cikundul terletak di Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong Kulon. Untuk mencapai ke lokasi makam tergolong mudah. Jalan beraspal telah mencapai desa tersebut.

Makam yang cukup banyak didatangi peziarah ini terletak di bagian atas bukit Pasir Gajah. Bukit ini diapit oleh aliran sungai Cikalong pada sisi barat dan selatannya, sisi timur merupakan tanah tegalan, sedangkan bagian utara berupa hutan. Di samping makam tokoh utama tersebut di bagian bawah terdapat pula banyak makam. Kompleks makam ini hampir menyatu dengan pemukiman warga desa hanya dipisahkan oleh aliran sungai Cikalong.
Makam Wiratanu 1 (Dalem Cikundul) tahun 1920 (foto: dicianjur.com)
Kompleks makam telah mengalami beberapa pemugaran. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 1984 oleh Moeslim Thaher, seorang anggota DPA. Kompleks makam membujur dari selatan ke utara dan dilengkapi dengan pagar keliling. Topografi sekitar kompleks makam bergelombang dan kompleks makam miring, makin ke utara makin naik.

Pada bagian bawah terdapat pos pengelola makam, pintu gerbang, dan masjid. Dari pos ini peziarah menuju ke makam Dalem Cikundul melewati jalan berteras yang dibagi menjadi dua bagian/jalur yang dipisahkan dengan pembatas besi, yaitu bagian bagi perempuan dan laki-laki. Di sisi kanan jalan berteras ini dijumpai banyak makam. Sampai di bagian puncak, dijumpai bangunan cungkup permanen berdenah segi empat cukup besar menghadap ke selatan yang berisi makam Dalem Cikundul.
Tangga masuk ke makam (foto: Cianjurkab.go.id)
Bangunan cungkup terbagi menjadi dua, yaitu teras/serambi dan bangunan utama. Bangunan utama dilengkapi dengan dua pintu. Pintu yang terletak di bagian timur diperuntukkan bagi peziarah perempuan, sedangkan pintu di bagian barat diperuntukkan bagi peziarah laki-laki. Ruangan dalam juga terpisah bagi peziarah laki-laki dan perempuan dibatasi dengan dinding tembok penyekat setinggi sekitar 1 meter.

Di tengah ruang utama ini terdapat makam Dalem Cikundul. Makam tersebut dikelilingi pagar teralis dan dilengkapi dengan pintu di bagian baratnya. Makam ditutupi dengan kain putih, demikian juga halnya dengan kedua nisan penanda makam. Pengeramatan terhadap makam ini demikian tinggi sehingga petugas pengelola makam tidak berani membuka kain putih pembungkus nisan.

Sumber: Disbudpar Prov. Jawa Barat

Baca Selengkapnya ...
Traveler Cianjur 2017